22 ; Sebuah perenungan
Ada apa dengan 4 Oktober?
4 Oktober 1993, tepatnya ada seorang bayi mungil lahir di dunia. Kehadirannya begitu dinanti setelah sang ibu mengalami pendarahan luar biasa. Proses melahirkan si bayi ini bukanlah hal yang mudah. Sang ibu memperjuangkan hidup dan matinya hanya ingin melihat wajah sang anak, Tak peduli sakit yang ia rasa, tak peduli banyak darah mengalir tak terkira, tak peduli air mata turun merintih kepayahan. Sang ibu hanya ingin anaknya keluar dengan kondisi terjaga. titik.
Dengan segala doa penuh harap yang terucap. Akhirnya Tuhan pun tak tega dengan semua keluh kesah dan kerintihan sang ibu alami. Terdengar jua suara tangis sang bayi yang menjadi perjuangan berjam-jam di ruang persalinan. Sang anak ini diketahui berjenis kelamin perempuan. Ya, dengan bangga dan rasa haru, Ayahnya segera mengazankannya dan memberi nama ia, Rosyidah. Harapnya dengan nama tersebut, agar sang anak dapat menjadi wanita yang cerdas dalam beragama.
Kini perjuangan dan rasa sakit itu telah menjadi kenangan yang tak terlupakan, 22 tahun berlalu, dan kini sang anak pun tumbuh menjadi wanita dewasa.
Ya Allah, Puji syukur. Allah masih memberikanku kesempatan untuk hidup, berjuang dan untuk bertahan dari segala keterbatasan yang ada. Sungguh, time flies too fast. Baru rasanya kemarin di gendong kemana-mana, disuapin, ingin terus dekat dengan mama, ingin terus berada dalam pelukannya, kemudian berjalan berlari, ah indahnya!
Ngomong-ngomong, Ketika mendengar ulang tahun. Ulang tahun sudah menjadi simbol dari pertambahan usia. Ada benar juga. Tapi ada yang lebih penting dari simbol ulang tahun, bukan lagi sebuah perayaan tapi sebuah perenungan
akankah Allah ridha dengan apa yang aku lakukan?Aku terdiam dan merenung, bahwa semakin bertambah usia, bukan bertambahnya kesempatan aku di dunia. Tapi semakin berkurangnya usiaku di dunia. Tantangan dan perjuangan lebih keras akan aku jumpai. Ya Allah, izinkan aku kuat menjalani hidup. Tetaplah bersamaku dan aku tetap bersama dan berharap padaMU apapun terjadi.
apa yang bisa aku bawa bekal untuk dipertanggung jawabkan di akhirat?
Semangat datang 22! Bersahabatlah denganku, mari kita hidup untuk membangun mimpi yang jauh lebih besar dengan hati yang tetap rendah & tunduk pada ketetapannya
Semoga diri senantiasa bertahan dan bersabar kemanapun Allah menyeru. Karena ku tak ingin Allah murka dengan sikap mengeluhku yang ku inginkan Allah tersenyum dan bangga kepadaku. -RA
0 comments: