Ibu,Aku bukan anak nakal!

20:05 Rosyidah Arsyad @RossyArsyad 0 Comments



“ Kamu gitu aja gak bisa, bodoh banget”
“ Jangan naik-naik keatas, nakal banget sih kamu”

Kata demikian sudah tak asing di telinga kita, secara tak sadar banyak  ibu  memarahi anaknya yang berakibat keluarnya ucapan kasar,  dan  bukan lagi  hal yang tabu  ketika kita lihat seorang ibu dengan mudahnya  memukul anak. 

di Usia 5-7 Tahun Banyak gerak yang dilakukan usia tersebut  dianggap  sebagai merepotkan ibunya, seperti bergerak aktif lari kesana-kesini dan loncat-loncatan.  Kemudian dengan enaknya  seorang Ibu mengatakan  dan melabeli anak tersebut  dengan anak yang nakal, anak yang susah diatur, dan anak yang salah dimatanya.  


Benarkah demikian? Ternyata,  Jawabannya tidak, hal tersebut merupakan hal yang wajar pada masa perkembangannya. Karena menurut buku Psikologi Perkembangan karangan  Desmita  (2010) dilihat dari sisi teori Piaget pada usia anak demikian, anak  tersebut sedang mengalami  perkembangan motorik yang terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai dalam meloncat-loncat.  Maka terjawablah  kenapa banyak se-usia demikian dengan bahagianya loncat dan lari kesana-kesini. 


lagi lagi, Bukan hanya soal  pada gerak atau hiperaktif  yang dipermasalahkan.  Pada kemampuan berfikir yang biasa disebut dalam dunia psikologi adalah perkembangan kogntif,  tak banyak  juga seorang ibu melabeli sang anak  sebagai anak yang bodoh, anak yang aneh dan anak yang sulit menangkap.  Padahal faktanya? Kita sering melupakan bahwa  Tuhan menciptakan  sang anak dengan kemampuan  dan keunikan yang berbeda-beda. 


Ketika dilihat dari dunia psikologi anak yang memiliki kemampuan dan  mempunyai kelebihan disebut dengan anak berbakat, menurut Martison keberbakatan seseorang dapat dilihat dari  kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif dan produktif, kemampuan dalam bidang seni,  dan kemampuan psikomotor.

Maka dalam fenomena sehari-hari kita bisa lihat ada anak yang pandai dalam matematika, namun kurang di gerak fisik, atau ada yang pandai di musik namun ia tidak pandai dalam matematik.  

Terkadang hal demikian dilupakan dari Orang tua. Orang tua terus memaksa dengan kemauan dirinya agar anaknya terlihat pandai sesuai dengan ukurannya. Mungkin saja banyak anak yang mogok belajar atau yang tak minat dalam pelajarannya karena memang ia bukan mahir di bidangnya,  pertanyaannya sudahkah  kita melihat dari sisi lainnya? 

ketika kita mau belajar, Media akhir-akhir ini sedang dikagetkan dengan kecerdasan anak dari  Magician [red: pesulap] Corbuzier yang Ia bercerita bahwa Azka telah di diagnosis memiliki  gangguan Disleksia. Disleksia merupakan gangguan dimana sang anak memiliki kesulitan dalam hal membaca.
Namun kekurangan Azka perlahan dikubur oleh sang Ayah, yaitu Corbuzier dimana Ia terus mencari kelebihan sang anak di bidang lain yaitu Ia ingin  menjadi youtuber yang membawa kebahagiaan untuk orang lain.

Dalam memandang fenonema demikian, saya berkesempatan menghubungi Seorang Psikolog klinis lulusan UGM, yaitu Mariyana Widiastuti (8/6) Ia mengatakan fenomena demikian , ketika ibu dengan mudahnya melontarkan ucapan kasar termasuk kategori Bullying . Menurut saya, dengan  seorang ibu melabeli anaknya sebagai 'anak nakal' atau 'anak bodoh' ya bs dikatakan sebagai bullying secara verbal terhadap anak.. Karena si anak jadi mendapatkan perlakuan yang tidak  nyaman bagi dirinya.. “ ujar Mariyana

Hal tersebut sangat disayangkan oleh Psikolog dan juga seorang Ibu Muda ini,  karena banyak Ibu yang tidak menyadari bahwa akan terjadi dampak yang luar biasa bagi sang Anak kedepannya 

. Dampak dari bullying ibu terhadap anak  bisa berbagai macam bentuknya tergantung dari kepribadian yang dibentuk di anak dan lingkungan lain juga tentunya, misalnya : anak jadi tidak  prcaya diri/minder karena merasa dirinya tidak mampu,  sebaliknya si anak jadi mengembangkan perilaku agresif karena kata2 'nakal' terinternalisasi ke dalam dirinya.. Dampak lainnya potensi anak akan terhambat dan tidak berkembang.. Pada taraf yang lebih parah, anak bsisa saja jd depresi..” ungkap Mariyana,Mpsi.

Menurut pandang Psikolog muda Mariyana Mpsi  Ia  juga mengatakan bahwa terjadinya bullying  terhadap sang anak atau melabeli anak salah satunya ialah kurangnya pengetahuan tentang mengurus anak “bisa saja si ibu secara mental belum siap untuk mendidik anak, sehingga si anak sering mndapatkan  perlakuan yang  kurang baik dari ibunya, kurangnya pengetahuan si ibu tentang pengasuhan, sehingga Ibu tidak paham bahwa ddengan melabeli anak seprti itu dampaknya akan merugikan anak..”

Tak lupa juga ia memberi saran kepada para ibu ibu yang diamanahkan  seorang anak agar lebih berhati-hati dalam berucap dan bertindak pada anak, karena memang tidak langsung terlihat, namun akan berdampak pada masa depannya “ hendaknya para ibu ini membekali diri dengan  ilmu tentang pengasuhan anak, sehingga Ibu siap dan mampu untuk mendidik anaknya dengan  baik..” Tutup Psikolog cantik ini.

Jadi, wahai Ibunda, anakmu bukan anak nakal, ia  terlahir membawa keistimewaan dan kebanggaan  menurut versi masing-masing, kuatkan kelebihannya, maafkan kelemahannya. Mudah-mudahan jadi pelajaran untuk Kita semua! Aamiin.

0 comments: